Sumedang FBI. www.fokusberitaindonesia.com_ menetapkan setiap tanggal 7 Oktober Pemerintah Kabupaten Sumedang menetapkan setiap tanggal 7 Oktober sebagai Hari Kopi Sumedang. Penetapan tersebut secara resmi dituangkan ke dalam Surat Keputusan Bupati Nomor 405 Tahun 2021.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menjelaskan penetapan Hari Kopi Sumedang yang diperingati setiap tanggal 7 Oktober itu berawal dari gelaran acara Festival Kopi pertama yang diselenggarakan oleh Komunitas Entrepreneur Sumedang (KES).
Dengan melihat geliat dan antusias generasi muda dalam hal pengembangan komuditas kopi di Sumedang, lanjut Dony, dirinya pun berpikir bagaimana agar semangat itu bisa tetap terjaga.Saya ingin agar festival itu terus berlanjut, jadi harus ada penetapan hari yang monumental maka dipilihlah tanggal pada Festival Kopi pertama yang digelar pas tanggal 7 Oktober,” ucap Dony dalam acara Festival Kopi Sumedang yang digelar 26-27 Oktober 2021.
Dony berharap dengan ditetapkannya Hari Kopi Sumedang, warga Sumedang bisa termotivasi dan terinspirasi untuk terus memajukan kopi Sumedang sebagai salah satu komoditas unggulan yang dimilikinya.
“Peringatan Hari Kopi Sumedang ini merupakan momentum untuk meningkatkan semangat dan motivasi bahwa kita ikut memperhatikan dan memajukan Kopi di Sumedang,” kata Bupati.
Kepala Bidang Perkebunan, Dudi Daryadi mengatakan komoditas kopi menjadi komoditas unggulan nasional dimana salah satunya kopi yang berasal dari Sumedang.
“Kopi itu merupakan komoditas unggulan nasional, kopi Sumedang salah satu diantaranya,” ungkapan dari www.fokusberitaindonesia.com, Rabu (27/10/2021).Lumbung kopi Sumedang berasal dari empat pegunungan yang ada di Sumedang. Diantaranya, Gunung Manglayang Timur untuk penghasil kopi Sukasari, Tanjungsari, Pamulihan, Rancakalong dan sebagian kecil Tanjungmedar.
Kemudian Gunung kareumbi untuk lumbung kopi Cibugel, Cisitu, Situraja dan Sumedang Selatan. Lalu Gunung Cakra Buana untuk penghasil kopi Wado dan Gunung Tampomas untuk penghasil kopi Cimalaka.
Dudi menyebutkan dalam setahun rata-rata ada sekitar 700 ton kopi yang mampu dihasilkan oleh para petani kopi di Sumedang. Namun begitu, produksi kopi akan mengalami perubahan lantaran sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca.
“Produksi kopi itu tergantung cuaca tapi kalau dirata-ratakan sekitar 700 ton green bean kopi yang dihasilkan dari para petani di Sumedang,” paparnya.
#cecephidayat tersebut secara resmi dituangkan ke dalam Surat Keputusan Bupati Nomor 405 Tahun 2021.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menjelaskan penetapan Hari Kopi Sumedang yang diperingati setiap tanggal 7 Oktober itu berawal dari gelaran acara Festival Kopi pertama yang diselenggarakan oleh Komunitas Entrepreneur Sumedang (KES).
Dengan melihat geliat dan antusias generasi muda dalam hal pengembangan komuditas kopi di Sumedang, lanjut Dony, dirinya pun berpikir bagaimana agar semangat itu bisa tetap terjaga.Saya ingin agar festival itu terus berlanjut, jadi harus ada penetapan hari yang monumental maka dipilihlah tanggal pada Festival Kopi pertama yang digelar pas tanggal 7 Oktober,” ucap Dony dalam acara Festival Kopi Sumedang yang digelar 26-27 Oktober 2021.
Dony berharap dengan ditetapkannya Hari Kopi Sumedang, warga Sumedang bisa termotivasi dan terinspirasi untuk terus memajukan kopi Sumedang sebagai salah satu komoditas unggulan yang dimilikinya.
“Peringatan Hari Kopi Sumedang ini merupakan momentum untuk meningkatkan semangat dan motivasi bahwa kita ikut memperhatikan dan memajukan Kopi di Sumedang,” kata Bupati.
Kepala Bidang Perkebunan, Dudi Daryadi mengatakan komoditas kopi menjadi komoditas unggulan nasional dimana salah satunya kopi yang berasal dari Sumedang.
“Kopi itu merupakan komoditas unggulan nasional, kopi Sumedang salah satu diantaranya,” ungkapan dari www.fokusberitaindonesia.com, Rabu (27/10/2021).Lumbung kopi Sumedang berasal dari empat pegunungan yang ada di Sumedang. Diantaranya, Gunung Manglayang Timur untuk penghasil kopi Sukasari, Tanjungsari, Pamulihan, Rancakalong dan sebagian kecil Tanjungmedar.
Kemudian Gunung kareumbi untuk lumbung kopi Cibugel, Cisitu, Situraja dan Sumedang Selatan. Lalu Gunung Cakra Buana untuk penghasil kopi Wado dan Gunung Tampomas untuk penghasil kopi Cimalaka.
Dudi menyebutkan dalam setahun rata-rata ada sekitar 700 ton kopi yang mampu dihasilkan oleh para petani kopi di Sumedang. Namun begitu, produksi kopi akan mengalami perubahan lantaran sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca.
“Produksi kopi itu tergantung cuaca tapi kalau dirata-ratakan sekitar 700 ton green bean kopi yang dihasilkan dari para petani di Sumedang,” paparnya. ( cecephidayat )