Membangun Spirit Ukhwah dan Kebersamaan MTsN Talaga 86
Bandung, www.fokusberitaindonesia.com – senin 17/05/2021 Keberpisahan kita dengan syariat puasa adalah perayaan Hari Raya Idul Fitri. Sebuah momentum yang mengharukan dan membahagiakan karena umat muslim khususnya di Indonesia dapat mengekspresikan kemenangan puasa selama satu bulan lamanya. Di hari fitri ini umat muslim menutup kegiatan romadhon dengan shalat ‘id dua rokaat, bersalaman untuk saling meminta maaf dan saling bersilarurrahmi untuk kesempurnaan taqwa ( La’allakum tattaquun).
Memaafkan atau memberi maaf pada orang yang bersalah dan telah menyakiti itu bukan perkara mudah. Kesediaan untuk menanggalkan perasaan dan pikiran yang negatif dan merubahnya dengan perasaan dan pikiran positif hanya bisa dilakukan bukan hanya oleh jiwa emphatik tapi kita pun harus memiliki sikap asertif .
Standar kejujuran dalam memberi maaf adalah keinginan yang kuat dan kesediaan untuk menanggalkan kemarahan atas penghakiman sepihak atas kesalahan.
Lewis B. Smedes (1984) dalam bukunya ‘”Forgive and Forget: Healing The Hurts
We Don‘t Deserve” menjelaskan kalau pemberian maaf itu sesungguhnya untuk melepaskan diri dari sakit hati. Sebab sakit hati yang dibiarkan lambat laun akan menggerogoti kebahagian dan ketentraman diri. Tentu saja, proses memaafkan tidak seketika. Tapi sebuah proses yang berjalan perlahan dan memerlukan waktu.
Dalam kontek memelihara ketakwaan yang dibangun selama berpuasa, MTsN Talaga 86 menggelar santunan internal yang di komandani oleh guru Jajang, ketum, bendum, korlap dan beberapa aktivis 86 lainnya. Dana ini dihimpun dari anggota, oleh anggota, dikelola oleh anggota dan disalurkan ke anggota 86. Tidak kurang dari 20 paket yang diperlukan telah disalurkan pada anggota sebagai wujud kebersamaan sebagai sebuah keluarga besar MTsN 86.
Dua hari Pasca ‘idul fitri, keluarga besar 86 melakukan anjang sono dengan mematuhi protokol kesehatan untuk merekatkan ukhwah dan kebersamaan.
Destinasi akhir kunjungan itu adalah desa Genteng bertepatan di rumah Dedah. Kebetulan tuan rumah yang baik menyiapkan masakan khas sunda ; sambel asin lalap dan sebagainya, hingga akhirnya kami dipersilahkan makan bersama dalam suasana penuh keakraban sebagai satu keluarga 86. Tulisan ini sekaligus sebagai undangan bagi alumni yang belum bisa gabung karena alasan berbagai kesibukan.
Semoga kebersamaan ini terawat dengan baik serta melahirkan keluarga-keluarga yang bahagia.
Dedi Herdiana
Penulis & pemberdaya masyarakat.