Majalengka.fokusberitaindonesia.com-Paralayang adalah aktivitas yang mendebarkan sekaligus mengasyikkan. Terbang di atas alam nan indah pun menjangkau luasnya pemandangan sekitar Gunung Panten. Yang sudah tentu menjadi pengalaman tak terlupakan. Bagi yang belum berpengalaman namun ingin merasakan sensasi ketinggian, bisa terbang tandem di Paralayang Gunung Panten.
“Dalam waktu melayang di angkasa, sensasi nikmati indahnya pemandangan alam kota Majalengka dengan pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Untuk mencoba paralayang ini biaya yang perlu di keluarkan sekitar Rp 450-750 ribu untuk satu serta 2 x terbang durasi kurang lebih 10 menit”. Ujar Herman selaku Ketua Lidik.
Sewaktu mencoba untuk tendem, ketua mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah menyuguhkan wana wisata paralayang di gunung panten dan mengajak kepada para wartawan fokus berita indonesia untuk bertendem, menikmati indahnya alam sekitar gunung panten.
Ditambahkannya pula oleh Herman bahwa dengan bertendem adalah satu harga yang layak untuk coba sensasi wisata lain dari pada yang lain. Disini juga, Anda dapat coba melayang dengan gantole (harga Rp 650 ribu). Tak hanya itu Wana wisata ini juga menyuguhkan wisata sejarah karena di selatan wisata paralayang terdapat situs makom/petilasan Prabu Siliwangi dan juga sesepuh desa pada jaman dahulu. Tempat ini berada di tengah hutan lindung, sehingga Anda dapat menikmati kesejukannya, puluhan kera ekor panjang pun mendiami hutan ini.
Akhir pembicaraan Herman selaku Ketua Lidik dan sekaligus sebagai Pemred FBI merasa puas melihat pemandangan landscape Majalengka atau berkunjung ke Hutan Lindung Gunung Panten, dan bagi wisatawan lokal maupun luar majalengka bisa membawa buah tangan berupa Mangga Gedong Gincu yang memang di daerah sekitar Sidamukti merupakan daerah penghasil mangga gedong gincu.
“Untuk menuju tempat ini cukup baik dan bisa dilalui oleh kendaraan roda 4 sampai lokasi take off palarayang dipuncak Gunung Panten. Gunung Panten ini berjarak sekitar +- 7 KM dari pusat Kota Majalengka”. Pungkas Herman.
(Eli Nursari/Kabiro FBI Majalengka)