Lumajang, FBIwwwfokusberitaindonesia.com-Seperti pepatah mengatakan politik itu kejam, tak mengenal bapak dan tak mengenal anak. Itulah gambaran yang terjadi dengan pemdes Sentul yang merasa dikeroyok oleh Pemkab Lumajang. Dalam kasus dugaan korupsi dan pemalsuan data yang masih dalam penanganan oleh unit Tipikor polres Lumajang. Karena kuat dugaan adanya konspirasi jahat ditubuh birokrasi Lumajang, mulai dari Inspektorat, DPM dan kecamatan Sumbersuko yang sangat nampak dimata masyarakat luas mereka bersatu untuk melindungi oknum sekdes Sentul.
Itu terbukti dari tidak dilaksanakan tupoksinya mereka, namun malah bahu membahu berkolaborasi dalam upaya melindungi pelanggar aturan.
Seperti cerita perangkat desa Sentul, mereka merasa terzholimi oleh birokrasi Pemkab Lumajang. Diakui kalau sampai detik ini tidak ada satupun pihak pemkab yang merespon tentang pelanggaran berat yang dilakukan oleh oknum sekdesnya. Namun justru malah sangat getol melakukan pembelaan dan pembiaran.” Ujarnya kepada awak media Jumat (25/11/2022).
Indikasi adanya pemberian keterangan sepihak yang fokus untuk pembelaan, tidak satupun tersirat data dari pemdes Sentul yang disentuh.Juga disenyalir ada unsur kesengajaan pembekuan dana oleh pihak kecamatan Sumbersuko dan DPM, kami menduga untuk barter dengan kasus sekdes.
Ketika pihak desa mengadu diabaikan, tapi kalau oknum pelaku kejahatan (Sekdes) yang mengadu mereka langsung berbondong- bondong bergerak.” Keluhnya.
Hal itu juga dirasakan oleh warga desa Sentul dari sumber yang bisa dipertanggung jawabkan. Perjalanan proses hukum kasus sekdes Sentul sangatlah menarik perhatian warga. Karena seperti sebuah sinetron yang berjudul “PENJAHAT BERMAHKOTAKAN RAJA” yang dipertontonkan kepada kami oleh birokrasi Pemkab Lumajang. Kades Sentul ibaratkan seorang pendekar yang dikeroyok oleh kawanan penjahat yang punya kekuasaan.” Tuturnya.
Kami menduga ada 2 kemungkinan penyebabnya antara kepentingan politik dan adanya suap. Karena kasus serupa juga terjadi didesa lain wilayah kabupaten Lumajang, namun hanya kasus Sentul yang menjadi fenomena dan sejarah, seperti apa profil aslinya birokrasi Lumajang. Sepertinya budaya cari suara menjelang ajang pertarungan politik dan cari tambahan uang makan dari bagi-bagi hasil suap telah dipertunjukkan oleh mereka. Sekarang tinggal lihat apakah polres Lumajang juga terkontaminasi oleh Pemkab yang terindikasi masuk angin apa tidak, karena sekarang dalam penanganan oleh unit Tipikor polres Lumajang. Bukti sangat valid dan pengakuan para korban pemalsuan tanda tangannya sudah kami kantongi semua, kurang apalagi coba. Kalau ada indikasi masuk angin atau main mata, ya pasti kami gak bakal tinggal diam sekalian diramekan dengan tembuskan kepusat, biar menjadi sejarah tersendiri.” Kelakarnya.
Ditambahkan kalau warga Sentul berharap polres Lumajang bisa menegakan hukum seadil-adilnya. Seperti slogan yang mengatakan tidak ada ruang untuk lolos bagi para penjahat dan koruptor. Biarlah kebobrokan ahklak berlaku hanya untuk birokrasi tapi bukan untuk polres Lumajang.
Kami menduga kuat jalur pemkab lumajang dipenuhi oleh kaum munafik dan zholim, seperti lagunya Iwan fals yang berjudul Tikus-tikus berdasi dan maling teriak maling.” Imbuhnya (Den)