Kabupaten Ciamis FBI, Www.Fokusberitaindonesia.com, – Akibat dari kurangnya koordinasi langsung antara TKSK dan agen E-warong sehingga penyaluran bansos tersebut di Kecamatan Panumbangan carut marut. Sabtu 21/08/2021
Terjadinya salah koordinasi ini diantaranya adanya pengelompokan saat penyaluran dan penggesekan awal sebelum penyaluran, Jelas itu merupakan tugas pokok dari TKSK untuk menghindari hal semacam itu, dengan sering nya mengedukasi kepada setiap agen E-warong dan KPM makan akan meminimalisir kejadian seperti itu.
Ketika awak media berhasil menemui salah satu agen E-warong yang ada di kecamatan Panumbangan tepatnya di Desa Golat, Agen E-warong Rina menuturkan penggesekan dilakukan oleh agen untuk memudahkan dalam proses penyaluranpenyaluran atas intruksi dari TKSK.
“Satu hari atau dua hari sebelum penyaluran komoditi dilakukan penggesekan oleh agen, Agar ketika penyaluran tinggal ngasih kan komoditi saja kepada KPM sehingga proses penyaluran bisa lebih cepat,” ungkapnya.
Untuk proses peyaluran KPM perluasan di Agen Sinta yang ada di desa dindangherang dilakukan dengan membagi bagi kelompok, sehingga setiap ketua kelompok mendapat surat kuasa yang ditanda tangani serta diketahui oleh kepala desa setempat untuk bisa mengambil komoditi. Ai selalu koordinator KPM mengatakan ia memegang 24 orang KPM untuk setiap bulannya, Sehingga saya selalu mengantarkan ke rumah masing masing KPM tersebut.
“Hari ini saya sudah 3 kali mengangkut ke Agen untuk disalurkan langsung ke KPM, karena ini untuk 7 bulan sehingga disalurkan menggunakan mobil dan sebagian pakai motor langsung, kalo so’al tarif biasanya ada yang ngasih 5000 rupiah setiap KPM ada juga yang lebih ada juga yang ngga,” jelasnya.
Intan selaku TKSK Kecamatan Panumbangan berhasil ditemui di salah satu tempat makan yang ada di Panjalu beserta suaminya Hendra disela sela kesibukannya untuk memonitoring penyaluran BPNT perluasan hari ini.
“Saya menjabat sebagai TKSK kecamatan Panumbangan itu sekitar bulan Maret 2020 saat mulai musim Covid, Sedangkan suami saya pernah menjadi TKSK sehingga saya senantiasa didampingi oleh suami saya ketika saya dilapangan,” jelasnya.
“Saya baru dilapangan sehingga saya meminta suami saya untuk mengajarkan alur kerja sebagai TKSK karena ilmu nya ada di suami saya sehingga saya tidak perlu bertanya sama temen temen TKSK yang lain karena suami saya pun sudah paham,” tambahnya.
“Terkait penggesekan dan pengelompokan KPM itu jelas jadi kekurangan saya dan jadi ilmu baru buat saya untuk bisa lebih intens koordinasi dengan agen agar kebiasaan itu bisa sedikit sedikit diubah ke yang lebih baik,” pungkasnya.
Tetapi kenyataan dilapangan suami lebih berperan dalam setiap kegiatan TKSK baik untuk sosialisasi maupun edukasi kepada setiap agen melalui pesan Watsap di grup ataupun ketika kunjungan langsung kepada agen.(Taofik Ciamis)